21 Oktober, 2008

REFERENSI

Kebudayaan Nusantara

Sulawesi / Celebes

I
Secara geologis, awalnya pulau Sulawesi terdiri atas tujuh pulau yang dipisahkan oleh laut. Lalu, akibat gerak bumi maka terjadi penyatuan wilayah(unifikasi). Ukuran melihatnya bisa lewat satwa endemik, kera yang berbeda dibeberapa tempat, mulai kera di Maros(sulsel) sampai Tarsius(kera kecil) di Sulawesi Utara. Diantara bentangan kepulauan nusantara lainnya, Sulawesi disebut sebagai pulau tua(proto-island). Pada tingkat kebudayaan, maka menjadi wajar kalau terdapat klaim/pengakuan diri sebagai sentrum/pusat kebudayaan disetiap bekas tujuh pulau terpisah. Minahasa menyebut dirinya awal di Sulawesi Utara, Kalumpang yakin merekalah sejarah kebudayaan awal di Sulawesi Barat, Luwu, berdasar pada sureq I Lagaligo, menyebut diri leluhur masyarakat di Sulawesi Selatan.

II
Dengan sendirinya, kebudayaan pertama adalah kebudayaan yang bersumber dari pegunungan atau dataran tinggi. Bermigrasi dan menyebar seiring garis pantai terbentuk didataran lebih rendah. Karena itu kultur sebagai pelaut pun dibangun sejak lama bahkan ditempat yang sekarang kita sebut daerah pegunungan. Cerita tentang ‘perahu Sawerigading’ yang telah menjadi semacam “kesepahaman-cerita” mulai dari masyarakat di Selayar(gong Sawerigading) sampai di Benawa/Kaili(perahu Sawerigading), dapat ditemukan jejak masa lalu pelaut-pelaut Sulawesi.

III
Manusia pertama/awal di Sulawesi di sejumlah komunitas suku/masyarakat disebutkan terkait dengan air. Misalnya, leluhur Minahasa, To-ar dan Lumimuut. Keduanya disebutkan keluar dari air. Komunitas adat Mappurondo, didataran tinggi Mambi meyakini leluhur pertama mereka adalah to rije’ne atau orang air. Atau masyarakat tua kalumpang didataran tinggi mamuju, yang secara historis masih memiliki ikatan sosial dengan to kaili(suku kaili) menyebut manusia pertama mereka sebagai ; to kombong diburra, to bisse di tallang atau lahir dari buih air, keluar dari bambu.

IV
Penggunaan kata To, Tu, Toa, Tou, sangat banyak ditemukan diberbagai komunitas adat/suku/sub-suku di sepanjang kepulauan Sulawesi. Misalnya di Luwu Wo-tu atau po-tu berarti keluarga atau rumpun keluarga, pemimpin adat masyarakat/suku Kajang-Bulukumba, digelari : Amma-toa. Di Minahasa, tempat pertemuan leluhur mereka disebuah batu tua yang diberi nama Wa-tu Pi-nawetengan. Lelaki minahasa, dipanggil tu-ama, pemimpin warga disebut To-naas. Pemimpin tertinggi dikerajaan tua Luwu(sulsel) digelari da-tu. Di Minahasa, penyebutan sub-etnis pun menggunakan kata Tou : Tou-dano, Tou-temboan. Tidak berbeda dengan penyebutan suku disekitar pantai timur Sulawesi selatan (To-raja) dan pantai barat Sulawesi tenggara (To-laki). Di daerah Bambang, Sulawesi Barat pemimpin komunitas digelari To-ma-tua-to-nda yang berarti orang tua kampung.

V
Sejumlah kemiripan/kesamaan sebutan bisa kita lihat antara sejumlah masyarakat/suku/komunitas di sepanjang Sulawesi. Misalnya antara Banggae(majene), Bangga(Kaili), Banggaiba(Sulteng), Banggai(Luwuk), Binanga(Mandar), Binuang, Bitung(Sulut), Butung(Buton). Kata ‘La’ sebagai penanda kita temukan mulai dari La galigo, La ode(gelar bangsawan di Sulawesi tenggara), hingga La hillote (tokoh spiritual kharismatik gorontalo). Dalam aktfitas sehari-hari, misalnya makan, juga dapat ditemukan sebaran kata yang mirip : nganre(makassar), mandre(bugis), mande-kumande(toraja), monga(gorontalo), mongaan(bolaang mongondow). Jika benar kata ‘pi’ adalah satu kata kunci lama nusantara maka di Sulawesi juga sama. Kita bisa lihat dalam: pi-tumpanua(Selatan palopo, wilayah ke-da-tu-an luwu), pi-tu ulunna salu, pi-tu ba’bana binanga(tujuh kerajaan dihulu sungai, dan tujuh kerajaan dihilir, sebagai persekutuan adat tanah mandar), pi-nawetengan(tempat pertemuan, leluhur Minahasa).

VI
Secara politik, rata-rata Sulawesi memperlihatkan kalau pola/model konfederasi atau serikat kerajaan-kerajaan adalah pilihan yang dipakai dalam membangun kekuasaan/tata pemerintahan. Luwu sebagai ke-datu-an dikembangkan dari dasar kesatuan Anak Tellue: Bua’, Ponrang, dan Baebunta. Di jazirah Mandar, kita mengenal persekutuan pitu ulunna salu pitu ba’bana binanga sebagai bentul konfederasi politik yang berfungsi untuk menata relasi politik kewilayahan dan proteksi atas kepentingan kolektif seluruh pihak persekutuan. Fakta yang serupa, bisa kita lihat dalam konfederasi linula-linula di Gorontalo(Hulondalo), menjadi bukti kalau semangat kolektivisme dan kekerabatan, tidak hanya menjadi ikatan bersifat geo-kultural, tapi juga efektif untuk kepentingan geopolitik.

(Operasi Achilles, Universitas Hasanuddin, 2006)

REFERENSI

TIPIKAL PERTAMBANGAN INDONESIA

Meski sudah dieksplorasi sejak lama, pertambangan masih menyisakan berbagai problem bagi masyarakat dan negara. Kerusakan ekosistem dan lingkungan yang terjadi tidak memiliki keseimbangan terhadap input bagi kesejahteraan masyarakat sekitar tambang maupun konpensasi yang memadai bagi negara. Apalagi memberikan efek ketidak nyamanan warga sekitar tambang akibat suara bising mesin, debu dan becek serta kerusakan infrastruktur umum (jalan) akibat aktifitas alat berat yang menggunakan jalan umum untuk kepentingan pertambangan.

Belakangan ini, bahan energi pertambangan memang sedang menjadi primadona dan memiliki nilai jual tinggi. Namun sebagai salah satu negara yang memilik kawasan pertambangan, tidak serta merta membuat kehidupan masyarakat dapat sedikit bernafas lega. Malah menimbulkan problem baru yang berkepanjangan, karena terjadi kelangkaan dimana – mana dan meimbulkan antrian masyarakat ketika membeli Bahan bakar minyak (BBM).

Jika hal diatas masih terjadi apakah yang menjadi sumber permasalahan tersebut, apakah perlu ditinjau kembali oleh pemerintah mengenai beberapa hal dibawah ini :

TATA KUASA
Banyak UU yang semakin memuluskan jalan MNC; UU migas No 22/2001, UU No 19/2004, UU Penanaman modal asing, RUU Pertambangan Mineral dan Batu Bara
Gerakan penghematan energi yang dicanangkan Presiden SBY melalui Inpres No 10/2005 hanya akan tepat dan bermakna bila akar energi di Indonesia dievaluasi secara sistemik
Penawaran wilayah kerja migas atau yang biasa disebut blok migas terus menerus dilakukan oleh pemerintah pusat.
Belum adanya UU Energi Nasional yang secara integratif mengatur mengenai eksplorasi, eksploitasi dan pemanfaatan sumber-sumber energi yang non-terbarukan dan terbarukan, serta dapat menjadi acuan bagi seluruh kebijakan di sektor energi.

TATA KELOLA

Banyak tambang didirikandan dikelola oleh perusahaan asing
Eksploitasi energy tidak meningindahkan ketahan energy nasional dan kebutuhan generasi mendatang dan menghancurkan lingkungan
Implementasi kebijakan di sektor energi yang beorientasi pada ekspor energi untuk mendatangkan devisa, kebijakan liberalisasi dan deregulasi justru mengancam kepentingan nasional.

TATA PRODUKSI

Kebijakan energi yang ada saat ini menyebabkan kelangkaan energi dan menyebabkan jurang ekonomi yang lebar antara Jawa vs. luar Jawa, serta antara kaya dan miskin.
Liberalisasi sektor energi yang tidak terencana dengan baik serta tanpa adanya tujuan dan strategi yang terukur menyebabkan kita kehilangan manfaat terbesar.
Liberalisasi di sektor migas, menyebabkan harga gas terpaksa dijual sangat murah diluar negeri sedangkan industri dalam negeri membeli dengan harga yang lebih tinggi.
Akibat liberalisasi migas, produksi minyak mentah Indonesia juga turun drastis dibawah normal (diatas 1 juta barrel per hari) dan untuk memenuhi kebutuhan domestik, pemerintah harus membeli minyak bumi dari pasar luar negeri.

TATA DISTRIBUSI
Dikuasai oleh spekulan dan penimbun
Aturan distribusi yang semberawut
Lemah dan langkanya operasi pasar
Lemahnya kordinasi antar instansi terkait
Tingginya tingkat korupsi

TATA KONSUMSI
ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil untuk mendorong pembangunan ekonomi dalam jangka panjang dapat mengancam kesinambungan
Lemahnya tingkat ekonomi rakyat

TINDAK LANJUT PERMASALAHAN
Penghapusan utang luar negeri
Evaluasi dan Renegosiasi Perijinan.
Hentian Keluarnya Ijin-ijin Baru
Review dan Pembaharuan Kebijakan Pertambangan
Pengelolaan dan Pencadangan Mineral Untuk Masa Depan
Pengembangan sumber –sumber energi terbarukan
Peningkatan standar Pengelolaan Lingkungan
Mandatory resolusi konflik

referensi

PROFIL BUKIT SUHARTO

Bukit Suharto secara geografis terletak di 115036’00” sampai 116054’00” BT dan 0050’00” sampai 1001’15” LS. terletak disisi jalan negara Samarinda –Balikpapan, yang merupakan bekas areal pembalakan PT. Wayerhouser, PT CIDATIM, PT Inhutani I dan PT RDR. Namun sekitar tahun 1982/1983 dan 1987/1988 pernah mengalami kebakaran.

Sejarah Penamaan Bukit Soeharto karena, oleh masyarakat yang berada dalam dan sekitar hutan tersebut, menurut cerita bermula sejak Bapak Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Presiden RI melakukan peninjauan ke Kalimantan Timur dan helikopternya singgah di Bukit tersebut.

Batas lokasi Bukit Suharto, yaitu :
Sebelah Utara : Daerah Sungai Kadisen Km 74 dari Balikpapan dan Daerah Sungai Nangka
Kecamatan Loa Janan
Sebelah Selatan : Km 57 dari Balikpapan Daerah Senipah dan Sungai Saka Kanan
Kotamadya Samarinda
Sebelah Barat : Sungai Semoi Ulu, Sungai Tangan Kiri dan Daerah Sungai Loa Janan
Kabupaten Kutai, Jalan Raya Samarinda-Balikpapan
Sebelah Timur : Perkebunan PT. Rimba Jaya Daerah Sungai Bambangan
Kecamatan Samboja
Berdasarkan administrasi kehutanan, Bukit suharto termasuk dalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Loa Janan, BKPH Samboja dan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mahakam Ilir.

Sejarah penetapan

Penamaan Bukit Soeharto oleh masyarakat yang berada dalam dan sekitar hutan tersebut, menurut cerita bermula sejak Bapak Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Presiden RI melakukan peninjauan ke Kalimantan Timur dan helikopternya singgah di Bukit tersebut.

Gubernur menetapkan hutan sepanjanng 36 km pada jalur Jalan Samarinda-Balikpapan sebagai:
Zona produksi
Zona pelestarian lingkungan hidup
Gubernur mengusulkan penunjukkan hutan lindung Bukit Soeharto seluas 33.760 ha dengan SK. Gubernur No. 004-DA-1978 tanggal 15 Juni 1978
Berdasarkan SK. Gubernur No. 009-DA-1978 tanggal 8 November 1978 kawasan tersebut ditetapkan sebagai Hutan Pendidikan dan Penelitian yang pengelolaannya diserahkan pada Universitas Mulawarman.
Berdasarkan perintisan batas sementara tanggal 27 Oktober- 30 November 1981 luas keseluruhannya adalah 27.000 ha.
Menteri Pertanian tanggal 10 Januari 1982 dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 818/Kpts/Um/II/1982menetapkan:
Hutan Lindung Bukit Soeharto seluas 27.000 ha
Setelah tata batas selesai, kawasan Hutan seluas 3.200 ha dikeluarkan dari Hutan Lindung sehinggga luas Hutan Lindung menjadi 23.800 ha
Menteri Kehutanan tanggal 18 Agustus 1987 dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 245/Kpts-II/1987 menetapkan
Hutan Lindung seluas 23.800 ha diubah fungsi menjadi Hutan Wisata dengan penambahan luas 41.050 ha sehingga luas seluruhnya menjadi 64.850 ha
Menteri Kehutanan tanggal 20 Mei 1991 dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 270/Kpts-II/1991 menetapkan:
Luas definitif kawasan Hutan Wisata Bukit Soeharto menjadi 61.850 ha, sehingga masyarakat atau orang di sekitar Taman Hutan Raya Bukit Soeharto dilarang masuk dan berusaha di dalam kawasan tersebut seperti melakukan kegiatan di dalam hutan tanpa ijin dan dilarang mengambil hasil hutan di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto (baik flora atau fauna). Namun Bukit Soeharto sendiri dapat dikatakan rawan terhadap pencurian hasil hutan, masyarakat atau orang luar yang berusaha mengambil hasil hutan tersebut secara tidak sah.

Perkembangan pengelolaan Hutan pada Jalur Jalan Samarinda-Balikpapan (32km)

Lingkungan Hutan Lindung Bukit Soeharto dikelola berdasarkan Kep.Pres No. 001/IHHT/1980 dengan dana Rp. 118.700.000,-, aproach legalitas, sosial, teknis.
Dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan dasar Rencana Lima Tahun Terpadu (Translok, Pembinaan masyarakat desa, RRL, Pertanian Umum dan sebagainya)
Saran Menteri Kehutanan, bahwa Hutan Lindung Bukit Soeharto dikelola sebagai Taman Hutan Raya Bukit Soeharto (Sepakat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah)
Penyelenggaraan inventarisasi penduduk, ditemukan 647 KK
Pelaksanaan reboisasi oleh anggota MPI Propinsi Kalimantan Timur dalam bentuk partisipasi pada kawasan Hutan Wisata seluas 3.687,5 ha (SK. Gubernur No. 418 tahun 1989 tanggal 11 Desember 1989)
Translok penduduk Hutan Lindung keluar Tahura oleh Departemen Kehutanan:
Tanggal 26 Maret 1990 sebanyak 50 KK
Tanggal 12 Juli 1990 sebanyak 123 KK
Tanggal 4 Juli 1990 sebanyak 182 KK
Tanggal 31 Januari 1991 sebanyak 145 KK
Jumlah KK yang dipindahkan 500 KK (ke Sungai Merdeka), sisa 197 KK ditambah penduduk pendatang baru menjadi 287 KK. Diluar Kawasan Hutan Lindung dan masih dalam Kawasan Hutan Wisata masih terdapat penduduk ± 2.600 KK (Data Kutai Dalam Angka tahun 1992)
Pelaksanaan reboisasi oleh anggota MPI Propinsi kalimantan Timur kelanjutan Reboisasi tahun 1991 seluas 1.757,5 ha (SK. Kakanwil Departemen Kehutanan No. 014/Kpts/KWL/RRL-1/1992)

Perkembangan kondisi kawasan (Citra lanssat 1991-1993)

Timbulnya hutan rawang akibat kebakaran hutan seluas 31.850 ha terdiri dari rusak sedang 20.650 ha, rusak parah 11.200 ha
Perambahan untuk ladang meningkat terus (lada, cengkeh), luas garapan di dalam Hutan Lindung menjadi 1.088 ha
Seluruh kawasan Hutan Wisata Bukit Soeharto tumpang tindih berada di dalam kawasan Eksplorasi PT. HUFFCO ( PT. VICO) yang luasnya 500.000 ha (masa KP 1969-1989)


Perkembangan status Tahura

Atas dasar saran Menteri Kehutanan, Hutan Lindung Bukit Soeharto dikelola sebagai Taman Hutan Raya (TAHURA) dengan penambahan areal seluas 41.050 ha (sehingga luas seluruhnya 61.850)
1986-1987 telah dibuat Design Enginering-nya dan sampai sekarang belum disahkan.
Telah dibentuk Polsek Bukit Soeharto dalam rangka persiapan pengamanan dalam pengelolaan Tahura Bukit Soeharto.
Status Tahura bukit Soeharto tidak pernah diselesaikan, malahan tahun 1991 dikeluarkan SK. Menteri Kehutanan No. 270/Kpts-II/1991 tanggal 20 Mei 1991 yang menetapkan status Hutan Wisata secara definitif dengan luas 61.850 ha.

Pembagian zona

Luas kawasan Hutan Wisata seluas 61.850 ha terbagi atas beberapa zonasi dengan rincian sebagai berikut :


No. Zonasi Lokasi Luasan (ha) Pengelola
1 Hutan Lindung Loa Haur 26.000 ha Pemda/Dinas Kehutanan
2 Taman Safari Samboja 6.000 ha Pemda/KSDA
3 Danau Buatan Loa Haur Ulu 3.200 ha Pemda/KSDA
4 Perkemahan Pramuka Gunung Utuh 1.300 ha Pemda Kwarda Pramuka
5 Pusrehut UNMUL Km. 56 8.746 ha Universitas Mulawarman
6 Hutan Penelitian Samboja/Wanariset Samboja 3.504 ha Balai Penelitian Kehutanan
(Kep.Menhut. No. 290/Kpts-II/1990)
7 Hutan Pendidikan Samboja 1.400 ha Politeknik Pertanian Jurusan Kehutanan
8 Museum Kayu Bakungan 1.000 ha Pemda/Dinas Kehutanan
9 Kawasan Wisata Tanah Merah 4.200 ha Pemda/Dinas Kehutanan
10 Dikeluarkan dari kawasan hutan - 6.500 ha Pemda/Pemantapan Pemukinan


Kawasan Bukit Suharto memiliki kekayaan flora dan fauna yan gberaneka ragam. Kawasan ini dihuni oleh Satwa liar yang terdapat pada lokasi ini terdiri atas :
31 jenis mamalia, Orang utan (Pongo pygmaeus), Bekantan (Nasalis larvatus), Trenggiling (Manis javanicus), Babi hutan (Sus barbatus),), Beruang madu (Helarctos malayanus), Kucing hutan (Felis sp), Payau (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak, Muntiacus atherodes), Kancil (Tragulus javanicus, Tragulus napu), Owa-owa (Hylobates muelleri), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Macan dahan (Neofelis nebolusa), Musang (Paradoxurus hermaphroditus), jenis-jenis tikus (Rattus sp, Rattus rattus, Rattus exulan, Rattus muelleri, Rattus cremoriventer, Rattus whitehedl, Rattus sabanus), Callosciurus presbitis, Callosciurus notatus,Callosiurus sp, Sundasciurus sp, Sundasciurus hippurus, Nannosciurusmelanotis, Petaruista petaruista, dan lain-lain)
Berbagai jenis reptilia
84 jenis burung, dua diantaranya adalah burung enggang (Bucheros rhinocheros,Anorrhinus galeritus)
4. Berbagai jenis kelelawar
Sedangkan tumbuhan yang hidup dikawasan ini terdiri atas vegetasi hutan primer datar 10 %. Hutan primer bergelombang 38%, belukar 22% dan ilalang 30%. Komposisi tumbuhan yang ada pada lokasi Bukit Soeharto sangat bervariasi tetapi didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Myristicaceae, Euphorbiaceae, Moraceae, Burceraceae, Annonaceae, Sapotaceae, Lauraceae, Verbenaceae, serta berbagai jenis tumbuhan paku, anggrek, rumput-rumputan serta lumut-lumutan.
Sedangkan untuk jenis-jenis primer yang mendominasi adalah Ulin (Eusideroxylon zwageri, Shorea leavis, Diptecocarpus cornutus, Palaquium gluta, Dyospyros curaniopsis, Baccaurea spp, Knema spp, Litsea spp, Shore ovalis, S. parvifolia, S acuminata, Cotylelobium spp, Dipterocarpus caudatus, Eugenia spp, Aglaia spp dan lain sebagainya
Untuk jenis-jenis sekunder didominasi oleh Macaranga triloba, M. gigantea, M. hypoleuca, Anthocephalus chinensis, Mallotus paniculatus, Trema orientalis, Trema spp, Dillenia spp, Vitex pubescens, Ficus spp dan lain sebagainya.

Kondisi iklim dikawasan Bukit Suharto, Menurut klasifikasi SMITH dan FERGUSON termasuk tipe A dengan nilai Q sekitar 4,4 %. Dengan Curah hujan rataan tahunan 2269,5 mm, rata-rata hari hujan bulanan 16,4 tanpa bulan kering. Serta, memiliki kelembaban relatif rata-rata harian 83% dengan kisaran 81,2% - 86,7%.Temperatur rata-rata harian 27,2 ° C. sedangkan Tanah dalam kawasan ini termasuk jenis:
Podsolik merah kuning (± 75 %)
Kompleks Podsolik merah kuning, latosol, litosol (± 20%)
Tanah Aluvial (± 5%)
Dan jenis tanah dikawasan ini termasuk tanah yang peka terhadap erosi. Kelas ini memiliki erodibilitas tanah berkisar antara sedang (0,21-0,32) sampai sangat tinggi (> 0,56. Pola aliran sungai Bukit Suharto, mempunyai pola aliran dendritik dantrelis dengan kerapatan 9-15 m/ha Termasuk daerah patahan dengan formasi batuan sedimen dari material batuan pasir shale, batuan endapan dan endapan non-vulkanik serta bersifat sarang. Sedangkan topografinya, bergelombang ringan dengan kelerengan 10-60%. Ketinggian rataan dari permukaan laut 60 m-120 m, dengan titik tertinggi 225 dpl.

Keadaan Sosial – ekonomi masyarakat sekitar Bukit Suharto adalah :
Kepadatan penduduk 0,28-05 jiwa/km² dengan tingkat pertumbuhan 3,7-7,8 %/ tahun
Pada umumnya bermata pencaharian sebagai karyawan, buruh, dagang 51%, petani/peladang 48%, nelayan 1%.
Penduduk di dalam kawasan hutan wisata diluar eks Hutan Lidung jumlahnya ± 2.600 KK.
Dari penelitian yang pernah dilakukan di Semoi 2,
Penduduknya berasal dari transmigrasi (Jawa Timur, Jawa Tengah), para pendatang dari Kalimantan Selatan, Sulawesi, Madura dan Kalimantan Timur sendiri.
Mata pencarian penduduk umumnya adalah berladang lada/sahang, bertanam palawija, padi, beternak. Juga berkebun yang ditanami dengan tanaman keras seperti durian, kopi, sukun dan berbagai macam buah-buahan.
Sedangkan dari penelitian yang pernah dilakukan di Sungai Merdeka,
Penduduknya adalah pendatang, mereka padamulanya adalah pekerja proyek jalan Kalimantan, tetapi adapula yang sengaja datang untuk bermukim karena beberapa alasan (ajakan keluarga, mencari pekerjaan, lahan yang sesuai bagi mereka). Sebagian yang datang dari Sulawesi Selatan, Kalsel, Jawa dan sebagainya.
Mata pencaharian mereka umumnya bertani, bercocok tanam padi, palawija, berkebun (untuk kegiatan perkebunan biasanya mereka bertanam lada).

puisi

Cerita Malam

Hening menggauli malam
Dalam dekapan rembulan temaram
Berbisik mesra nyanyian jangkrik
Membuai Kesyahduan malam

Langit gelap membelai bintang – bintang
Awan putih bergelayut mesra
Kerlip bintang merona pasi
Menatap hamparan bumi

Dedaunan terhenyak
Desahan angin malam mereda
membisikkan ikrar alam
merengkuh asa kedamaian

puisi

Frustasi

Bayang- bayang berkelebat
Lenyap ditelan masa
Menjauh tak berbekas
Bersih tersapu oleh amarah

Tak kan kembali
Layak bulan pergi disiang hari
Kan datang ketika kelam
Tapi kau Pergi bak air menuju laut

Jangan kembali
Sebab pungguk rindukan bulan
Aku perih menanggung cinta
Kamu bukan pencinta hakiki

Meski kau pinta
Layar hati mustahil mengembang
Sebab perahu hati telah menepi
Dipelabuhan tambatan hati

Layar hati telah mengembang
Dipelabuhan dambaan lain
Kehakikian cinta kurengkuh
Merapat didermaga hati
PENGGUSURAN DAN SEBABNYA

Entah berapa banyak masyarakat Indonesia dan negara – negara lain didunia ini yang kehilangan tempat tinggal dan sumber penghasilan, akibat dari penggusuran. Dan entah berapa banyak lagi yang terancam akan digusur, serta sampai kapan penggususran menghantui penduduk bumi.

Diberbagai media massa, banyak menghadirkan konflik masyarakat tergusur dengan pihak – pihak yang menggusur dan tak jarang merenggut korban nyawa. Disinyalir penyebab utama penggusuran besar-besaran ini dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya seperti :

Meningkatnya urbanisasi: pemukiman informal diperbolehkan hadir di kota-kota berdasarkan kesepakatan saling membutuhkan. Namun, ketika laju urbanisasi kian cepat dan semakin banyak orang dan investasi mengalir ke kota-kota, pemukiman informal tidak lagi dapat diterima karena dunia formal semakin menguasai ruang yang mereka duduki untuk pembangunan. Penguasaan lahan untuk pembangunan ini kian menjadi-jadi, hingga penggusuran terjadi sedikit demi sedikit. Penggusuran mencapai puncaknya ketika muncul globalisasi, spekulasi dan adanya modal keuangan internasional yang tidak terbatas, dan akibatnya, pertentangan antara sektor formal dan informal kian meruncing.

Mega Proyek (Pembangunan) infrastuktur yang dibiayai oleh lembaga-lembaga donor pembangunan internasional atau kerjasama antara pengusaha lokal dan perusahaan internasional menyebabkan maraknya penggusuran di Asia. Proyek-proyek itu terus berjalan, meski sebagian besar proyek ini tidak digagas secara matang, digelembungkan nilai kontraknya (mark up), dan tidak terlalu berguna untuk masyarakat, kelompok masyarakat (LSM) dan warga negara yang akan menanggung biayanya.

Politisasi Tanah: kongkalingkong antara kontraktor/pengembang, birokrat, dan politisi tengah berusaha menyingkirkan orang-orang miskin dari lokasi yang bernilai tinggi, acapkali disertai dengan pelanggaran prosedur dan hukum. Di tempat itu biasanya akan dibangun perumahan mewah atau lahan komersial lainnya. Kongkalingkong ini juga sering memanipulasi berbagai rancangan proyek pembangunan yang akan menyebabkan penggusuran, sehingga memudahkan penggunaan lahan sesuai tujuan mereka. Pihak pengembang mendanai partai politik dan kandidat-kandidatnya untuk pemilu tingkat nasional, provinsi dan kabupaten, dan dengan demikian memberi ruang pada mereka untuk mempengaruhi lorong-lorong kekuasaan. Para politisi memanipulasi sejarah tanah, menguasai tanah yang menjadi sengketa, mempengaruhi dan mengotak-atik perencanaan kota yang dirasa bertentangan dengan kepentingan mereka.

Tidak adanya hukum yang melindungi masyarakat dan menjamin hak bertempat tinggal atau kurangnya aturan tentang prosedur penerapan hukum itu di sebagian besar negara Asia. Meski hukum yang baik itu ada, pelanggaran terhadap hukum itu tetap ditolerir karena senjangnya hubungan kekuasaan yang dibangun oleh komunitas miskin dengan lobi-lobi politik yang dibangun oleh tiga sekawan: pengembang-birokrat-politikus.



ISLAM KUTAI DAN PERSINGGUNGAN POLITIK
(Dikutip sepenuhnya dari Buletin SAPULIDI, PMII Komisariat STAIN Samarinda)

Belakangan ini, sebenarnya sejak berlakunya otonomi daerah, suara – suara menuntut formalisasi syariat atau pemberlakuan budaya tertentu sebagai identitas daerah, begitu nyaring terdengar. Tak terkecuali beberapa daerah di Kalimantan Timur, yang mengaitkan diri sebagai pewaris pusat penyebaran islam Nusantara. Banyak orang sekedar jatuh dalam kubu – kubuan; pro kontra atau setuju – tak setuju. Tetapi tidak sedikit orang yang mau melihat kompleksitas persoalan.

Pertumbuhan Awal
Kita tak mungkin melupakan sejarah. Daerah – daerah yang kini meliputi Kutai kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, Samarinda, Balikpapan, dan Bontang adalah warisan dari dua kekuasaan kerajaan besar. Kutai Martadipura yang diperintah oleh Mulawarman dan Kutai Kartanegara dengan rajanya yang pertama, Aji Batara Agung Dewa sakti (1300 – 1325).
Tercatat ajaran Islam baru dikenal diwilayah ini berkat jasa dua ulama besar : Syekh Abdul Qadir khatib Tunggal yang bergelar Datok Ri Bandang dan Datok Ri Tiro yang dikenal dengan gelar Tuanku Tunggang parangan. Keduanya datang ke jaitan layar, ibu kota Kutai Kartanegara saat itu, sekarang Kutai Lama, setelah mengislamkan Gowa _ Tallo. Tak beberapa lama, sekitar akhir 1605, raja dan rakyat Kutai menjadi pemeluk agama islam.
Diakui strategi dakwah dua ulama besar ini memang jitu.yakni mendekati raja atau penguasa setempat terlebih dulu untuk meyakini kebenaran atau kebaikan agama baru. Benar, ketika Raja Mahkota (1565 – 1605) memasuki agama islam, serentak para pembesar kerajaan dan rakyat mengikuti jejak raja. Islam menjadi agama negara dan nafas sistem pemerintahan, dan sejak itu mulailah era baru pengembangan islam. Islam diwartakan lewat pendekatan kekuasaan.
Setelah Aji Dilanggar yang menggantikan ayahandanya wafat, ia segera digantikan puteranya, Aji pangeran Sinum Panji Mendapa. Dibawah pemerintahan raja inilah,perluasan dakwah islam semakin cepat. Kerajaan Kutai Martadipura adalah negara tetangga yang diliriknya.
Lantaran kerajaan yang berkedudukan di Muara Kaman ini menolak mentah – mentah ajakan masuk islam. Maka pecahlah perang dahsyat yang akhirnya dimenangi oleh penguasa kutai Kartanegara. Setelah itu kerajaan kutai dirubah namanya menjadi kerajaan Ing Martadipura dan rajanya bergelar Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa Ing Martadipura. Pada masa ini, islam mulai menyebar di sepanjang Sungai Mahakam dan beberapa wilayah yang dewasa ini berada dalam kotamadya Samarinda.



Persinggungan agama dan politik
Diwilayah Kalimantan Timur dakwah islam berlangsung penuh ketegangan. Cerita tentang Islamisasi melalui penguasaan struktur politik juga berlangsung di sulawesi Selatan pada awal abad ke-17. raj Tallo memeluk islam dengan gelar Sultan Abdullah Awwalul islam, dan disusul kemudian Raja Gowa yang setelah masuk islam bergelar Sultan Alauddin.
Dibawah dua penguasa politik ini, Islam bukan hanya didengung – dengungkan dengan gegap gempita melalui corong pusat – pusat kekuasaan politik formal, penuh tekanan dan paksaan didaerah kekuasaan Gowa – Tallo. Tapi juga diwilayah beberapa kerajaan tetangganya. Sebagian memang berhasil diislamkan dengan mulus, tapi tak sedikit raja-raja yang enggan meninggalkan keyakinan lamanya. Sejarah lalu mencatat perang yang berkobar hebat antara aliansi tiga kerajaan bone, Wajo dan Soppeng yang bersatu padu melawan Gowa – Tallo. Meskipun banyak sejarawan yang cenderung meyakini motif politik ketimbang agama dibalik pertumpahan yang mengerikan itu.
Agama dan politik yang bersifat duniawiah itu rupanya memang sulit dipisahkan, manakala keduanya erat bersinggungan. Ajaran agama yang mulanya mewartakan kedamaian, tiba – tiba tumbuh menjadi sosok yang menakutkan ketika bersentuhan dengan kekuasaan. Ditangan para elit politik, kadang yang profan dan duniawi begitu mudahnya dibungkus baju kesakralan dan kesucian. Anehnya diseberang sana, mereka “yang lain”, yang “berbeda” dari keyakinan penguasa lantas dipandang musuh, lawan yang musti disingkirkan ………………

Mahkamah Islam
Dalam perkembangannya, entah sejak kekuasaan siapa, kehadiran mahkamah islam menjadi salah satu simbol penting “menunggal”-nya kekuasaan sultan sebagai kepala pemerintahan, sekaligus pimpinan keagamaan. Melalui lembaga ini islamisasi bukan hanya digalakkan, tetapisetiap aliran dan paham keagamaan yang berada dalam seluruh lingkup wilayah kerajaan diawasi dan dikontrol. Setiap tempat dan kota ditunjuk penghulu-penghulu sebagai kepanjangan tangan Mahkamah Islam kerajaan. Seperti sangan – Sanga yang terkenal dengan penghulu KH. Mohammad Nasheer.
Suatu peristiwa menarik terjadi pada 1928. Seorang ulama lulusan Al Azhar Mesir, Argub Ishak diadili dan diusir dari Kutai karena mengajarkan paham yang bertentangan dengan paham resmi kerajaan.
Diceritakan Argub ishak selam beberapa hari memberikan ceramah terbatas kepada sejumlah anak muda. Ia mendakwahkan paham baru yang dibawanya dan dalil – dalil yang memperkuat ajarannya. Disadari ajaran yang didawahkannnya berbeda, Ishak lalu dilaporkan ke H. Aji Pangeran sosro Negora, ketua Mahkamah Islam waktu itu (1928 – 1935). Setelah melalui serangkaianinterogasi yang melelahkan, ishak diketahui mengajarkan paham Ahmadiyah. Detik itu pula, Argub Ishak dinyatakan bersalah dan diminta meninggalkan Kutai.
Hal serupa sebenarnya telah terjadi sekitar 1928. seorang ulama Muhamadiyah asal Sanga Sanga yang berjalan memasuki Tenggarong untuk menyiarkan “paham Baru” terpaksa harus gigit jari. Pasalnya, pemerintah kesultanan melalui Mahkamah Islam tak mengizinkan penyebaran paham baru itu demi menjaga ketenangan masyarakat.


“Yang lain” berhak hidup
Rasanya, dua peristiwa diatas cukup memperlihatkan bagaiman sebuah keyakinan bisa diklaim sebagai satu – satunya kebenaran, dengan akibat meniadakan keyakinan yang lain. Melalui kekuasaan, klaim kebenaran bukan hanya direngku tapi juga ditentukan dalam batas – batas mana kebenaran yang dimiliki orang lain berhak hidup dan tumbuh berkembang.
Entah bagaimana ceritanya, dulu tiba – tiba penduduk Kutai bisa terbelah kedalam dua kategori sosiologis: “Kutai” dan “dayak”. Yang pertama diletakkan pad orang yang memeluk islam, sementara yang terakhir ditempelkan bagi mereka yang setia pada tradisi lamanya atau memilih selain islam. Ditambah lagi orang dayak yang kemudian beralih ke islam dikategori “Haloq”. Entah mengapa pula Supinah, sang dukun Balian disebuah dusun di Kutai Kartanegara selalu dibingungkan mengapa “Islam lama” membolehkan praktek balian, sementara “islam baru” mengharamkannya; mengapa gereja yang satu selalu mengusik profesinya sebagai “praktek orang utan” , sedangkan gereja yang lain bersikap tak ambil peduli.
Dan entah bagaimana, tradisi saling-mengambil (sinkretisme) yang menjadi sunnatullah dalam sebuah dialog kebudayaan, hendak dimurnikan dalam identitas yang tunggal. []

16 Oktober, 2008

KUTIPAN

HIDUP HARMONIS DALAM KEMAJEMUKAN AGAMA, SUKU DAN BUDAYA (Sebuah Visi, Ekspektasi dan Kontemplasi Sosiologis)

Oleh :
Sugeng Haryadi Mangku
(disampaikan dalam acara : Diskusi Kebangsaan, STAIN Kalimantan Timur, Juni 2008)



A. Prolog
Bukan Indonesia tanpa Batak, bukan indonesia tanpa Sasak, bukan Indonesia tanpa Jawa, bukan Indonesia tanpa Sunda, bukan Indonesia tanpa Dayak, bukan Indonesia tanpa Kutai, bukan Indonesia tanpa Ambon, bukan Indonesia tanpa Banjar, bukan Indonesia tanpa Buton, bukan Indonesia tanpa Toraja, bukan Indonesia tanpa bali, bukan Indonesia tanpa Manado, bukan Indonesia tanpa Makassar, bukan Indonesia tapa Flores, bukan Indonesia tanpa ………………….

Bukan Indonesia tanpa Islam, bukan Indonesia tanpa Budha, bukan Indonesia tanpa Hindu, bukan Indonesia tanpa Konghucu, bukan Indonesia tanpa Kristen, bukan Indonesia tanpa katholik, bukan Indonesia tanpa Kaharingan, bukan Indonesia tanpa kejawen, bukan Indonesia tanpa Saminisme, bukan Indonesia tanpa ………………… bukan Indonesia tanpa ……………………………………
(Dicuplik dari Pidato Gus Dur, 1999)

Indah, elok dan “touchy’ sekali isi pidato itu sampai sampai saya yang sedang nonton pidato itu di televisi swasta sambil makan kacang goreng harus berhenti mengunyah karena khawatir saya kehilangan rangkaian kata – kata dalam pidato itu. Kalimat pembuka pidato yang memukau walau Gus Dur menurut saya bukan termasuk orator ulung yang pandai menggunakan gaya bahasa yang hiperbolis, intonasi yang fluktuatif dan bahasa tubuh (gesture) yang memukau. Tapi kalimat itu diucapkan dengan gaya bahasa yang biasa, ekspresi wajah yang datar serta bahasa tubuh yang monoton, tapi bagi saya isi pidato itu tetap bagus.

Dalam hati saya berkata “alangkah manisnya jika bisa disimpan dibenak seluruh bangsa Indonesia kemudian dijadikan pedoman berpikir, bertutur dan bertindak dalam keseharian tatkala berinteraksi dimasyarakat”. Pidato itu menjadi “cubitan” bagi bangsa yang belakangan ini menunjukkan gejala menurunnya kualitas toleransi hidup dalam berbangsa dan bernegara. Kelompok pemeluk agama tertentu melarang pemeluk agama lainnya dalam melaksanakan ibadahnya, kelompok suku tertentu “menghabisi” suku lainnya, isu putera daerah menggejala dimana – mana. Padahal faktanya, Indonesia merupakan negara – bangsa yang menghimpun beragam suku, budaya, bahasa, bahkan agama. dalam satu payung negara kesatuan inilah, keragaman itu menemukan tempat berseminya.

Indonesia yang dihuni beragam suku bangsa serta beragam agama menjadi ujian yang sungguh berat sekaligus berkah bagi kebangsaan kita. Menjadi ujian yang sungguh berat sekaligus berkah bagi kebangsaan kita. Menjadi ujian karena tampaknya keragaman suku, budaya, bahasa, dan agama kerap menjadi pemicu lahirnya konflik etnis dan agama. sementara menjadi berkah karena kenyataan intu menjadi kekayaan yang patut diselamatkan sehingga kita bisa saling memahami dan menghargai sesama atas dasar kesamaan bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia dengan pancasila sebagai ideologi negaranya memang sedang diuji. Indikasi retaknya kebangsaan kita mulai menyembul ke permukaan, misalnya dengan apa yang disebut bangkitnya politik identitas. Menguapnya politik identitas terjadi akibat melunturnya kewibawaan negara dalam mengimplementasikan keinginan warganya. Sehingga yang terjadi, warga negaramengambil inisiatif sendiri karena negara dinilai tidak lagi mampu menampilkan sosoknya sebagai otoritas yang paling berwenang mewujudkan kepentingan warga negaranya.

Fakta membuktikan bahwa, inisiatif warga yang tidak terkontrol pun bisa menjadi semacam ancaman tersendiri bagi keutuhan bangsa ini yang telah melewati masa – masa kemerdekaannya. Ini diperkuat dengan bangkitnya eskalasi komunalisme dan sektarianise yang tampaknya tidak berbanding lurus dengan pemahaman wawasan kebangsaan warganya.

Jiwa nasionalisme bangsa Indonesia benar – benar terancam. Adalah tugas seluruh elemen bangsa ini untuk segera mengambil inisiatif dan berbenah merajut kembali semangat kebangsaan yang mulai koyak sebab jika tidak dilakukan, maka ini menajdi batu sandungan bagi keutuhan bangsa. Menguatnya komunalisme dan sektarianisme akan berdampak pada memudarnya wawasan kebangsaan dengan munculnya apa yang disebut nasionalisme etnisitas.

Pada tangggal 17 Agustus 2008 nanti, usia kemerdekaan Indonesia akan genap 63 tahun, sebuah usia yang bukan muda lagi bisa dikatakan muda tetapi belum juga pantas dikatakan uzur.namun komitmen kebangsaan kembali disoal. Ini terjadi karena ternyata kebangsaan yang menjadi penyangga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menghadapi ancaman yang tidak sederhana. Riak – riak gelombang pemisahan diri dari NKRI di berbagai daerah kembali menghantui bangsa ini. Fenomena ini menunjukkan bahwa ikatan kebangsaan kita sungguh rapuh dan hanya gara – gara DAU (Dana Alokasi Umum) yang merupakan jatah daerah kena pangkas 25% saja orang daerah dengan mudah tanpa merasa salah berseru “kita akan merdeka jika DAU diturunkan” ….” Kita akan pisah dari NKRI jika dana perimbangan pusat tidak ditransparant”…..” kita serbu pusat …..” daerah ini DIHISAP oleh pusat, oleh karena itu mari kita merdeka ….. dsb …. Dsb….miris saya melanjutkan kata – kata sejenis ini.

Kerapuhan ikatan kebangsaan ini kian mengukuhkan bahwa jahitan kebangsaan kita tidak sungguh solid. Nasionalisme menciut digantikan oleh semangat komunalisme dan sektarianisme. Indikasi menguatnya komunalisme dan sektarianisme. Indikasi menguatnya komunalisme dan sektarianisme ini kian tampak dipelbagai daerah yang belakangan kemabli mengagung – agungkan identitas komunalnya.

Gejala disintegrasi nasionalisme itu perlu diwaspadai. Jika tidak, maka NKRI yang menjadi komitmen bersama menghadapi ancaman serius. Oleh karena itu, sudah seharusnya wawasan kebangsaan dipupuk dan ditanamkan pada warga negara agar mereka bisa lebih mencintai tanah airnya. Cara ini sekaligus bisa menangkal ancaman komunalisme dan sektarianisme yang semakin hari semakin mengemuka. Selain itu, pengembangan kehidupan yang berorientasi kepada pelaksanaan kedaulatan hukum secara tuntas, menghargai kebebasan pendapat dan menjamin kebebasan berserikat, harus benar – benar dibuktikan oleh aparatur negara ini. Prinsip ‘tebang pilih’dalam masalah hukum sebagaimana ditengarai banyak kalangan hendaknya tidak terjadi. Law enforcement harus menjadi prinsip, dan mengikat seluruh warga negara tanpa memberi privilege pada sebagian kelompok tertentu.

Semaraknya beragam masalah kebangsaan ini seharusnya segera dicarikan formulasi penyelesaiannya. Ditengah indikasi raibnya identitas keindonesiaan ditambah dengan dangkalnya wawasan kebangsaan, maka upaya untuk menanamkan semangat dan wawasan kebangsaan sudah seharusnya dimulai sejak dini.

Salah satu upaya untuk membentuk rasa kebangsaan adalah lewat jalur pendidikan. Dan pendidikan menjadi sarana efektif untuk menyosialisasikan dan mendalami wawasan kebangsaan. Tetapi lihatlah atmosphere pendidikan kita sekarang ini, sekolah yang seharusnya “sebagai miniatur” indonesia denga segala ragam agama, suku dan budaya dan tempat berinterkasinya murid dalam keperbedaan itu sekarang akan semakin memudar. Yayasan agama tertentu membentuk sekolah sendiri mulai dari playgroup – kinder garten (TK) – SD – SLTP – SMU bahkan sampai perguruan tinggiyang dikhususkan untuk murid – murid pemeluk agama tersebut. Perguruan tinggi di daerah dibuka dengan mudahnya tanpa harus menyeberang laut untuk kuliah. Kalau demikian kondisinya, bisakah lembaga pendidikan menjadi the agent of change, the agent of development, the agent of building nationalism dinegeri ini???

Selain itu, beberapa hal yang patut ditanamkan adalah apresiasi terhadap kearifan lokal (local wisdom), penanaman wawasan kebangsaan, serta penguatan harmoni dan toleransi antara kelompok suku, agama, dan ras yang berbeda. Apresiasi terhadap kearifan lokal itu penting untuk menggali nilai dan semangat yang terkandung dalam nilai budaya yang beragam untuk kemudian diangkat dalam konteks nasional dan kemudian didayagunakan dalam memebentuk karakter masyarakat atau bangsa.

Begitu juga dengan penanaman wawasan kebangsaan. Terbentuknya Indonesia melalui proses yang cukup panjanga, dan dengan mengerti sejarah lahir dan perjalanan bangsa ini, warga negara tidak memiliki kesenjangan dengan sejarah bangsanya sendiri. Karena eksistensi suatu bangsa tidak lepas dari kesinambungan historis dengan masa lalunya. Dengan belajar dari sejarah, kesadaran berbangsa akan menguat sehingga kita berpijak pada realitas kekinian dengan kukuh untuk membangun masa depan yang gemilang.

Disamping itu adalah penguatan toleransi dan harmoni antar beragam entitas budaya, agama, dan suku. Ditengah merebaknya sektarianisme, maka sudah seharusnya masyarakat dibekali dengan pemahaman yang utuh mengenai keragaman entitas bangsa yang terdiri dari beragam agama, budaya dan suku. Bukannya menunggalkan, tapi malah memberikan pengertian bahwa didalam keragaman ini, toleransi dan dialog menjadi semangat yang senatniasa dikedepankan. Dengan upaya ini, lunturnya wawasan kebangsaan yang mulai tampak akhir – akhir ini terselamatkan.
B. Hidup harmonis dalam pluralistik
Pluralisme sebagai paham religius artifisial yang berkembang di Indonesia, mengalami perubahan ke bentuk lain asimilasi yang semula menyerap istilah pluralism. Menurut asal katanya Pluralisme berasal dari bahasa Inggris, pluralism. Apabila merujuk dari wikipedia bahasa inggris, maka definisi [eng]pluralism adalah : “ In the socil sciences, pluralism is a framework of interaction in which groups show sufficient respect and tolerance of each other, that they fruitfully coexist and interact without conflict or assimilation”. Atau dalam bahasa indonesia : “suatu kerangaka interaksi yang mana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi (pembauran/pembiasan)”.

Polemik

Saat ini pluralisme menjadi polemik di Indonesia karena perbedaan mendasar antara pluralisme dengan pengertian awalnya yaitu pluralism sehingga memiliki arti : pluralisme diliputi semangat religius, bukan hanya sosial kultur pluralisme digunakan sebagai alsan pencampuran antar ajaran agama pluralisme digunakan sebagai alasan untuk merubah ajaran suatu agama agar sesuai dengan ajaran agama lain.

Jika melihat kepada ide dan konteks konotasi yang berkembang, jelas bahwa pluralisme di Indonesia tidaklah sama dengan pluralisme sebagaimana pengertian dalam bahasa inggris. Dan tidaklah aneh jika kondisi ini memancing timbulnya rekasi dari berbagai pihak. Pertentangan yang terjadi semakin membingungkan karena munculnya kerancuan bahasa. Sebagaimana seorang mengucapkan pluralism dalam arti non asimilasi akan bingung jika bertemu dengan kata pluralisme dalam arti asimilasi. Sudah semestinya muncul pelurusan pendapat agar tidak timbul kerancuan.

Catatan

Belakangan, muncul fatwa dari MUI yang melarang pluralisme sebagai respons atas pemahaman yang tidak semestinya itu. Dalam fatwa tersebut, MUI menggunakan sebutan pluralisme agama (sebagai obyek persoalan yang ditanggapi) dalam arti “suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanyan kebenaran setiap agama adalah relative; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamnay sja yang benar sedangkan yang lain salah. Plurlisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan disurga”. Kalau pengertian pluralisme agama semacam itu, maka paham tersebut difatwakan MUI sebagai bertentangan dengan ajaran agama islam.

Bagi mereka yang mendefinisikan pluralism – non asimilasi, hal ini di-salah-pahami sebagai pelarangan terhadap pemahaman mereka, dan dianggap sebagai suatu kemunduran kehidupan berbangsa. Keseragaman memang bukan suatu pilihan yang baik bagi masyarakat yang terdiri atas berbagai suku, bermacam ras, agama dan sebagainya. Sementara disisi lain bagi penganut definisi pluralisme - asimilasi, pelarangan ini berarti pukulan bagi ide yang mereka kembangkan. Ide mereka untuk mencampurkan ajaran yang berbeda menjadi tertahan perkembangannya.

Kristalisai polemik

Dengan tingkat pendidikan yang kurang baik, sudah bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan penduduk indonesia kurang kritis dalam menangani suatu informasi. Sebuah kata yang masih rancu pun menjadi polemik karena belum adanya kemauan untuk mengkaji lebih dalam. Emosi dan perasaan tersinggung sering kali melapisi aroma debat.
C. Film dan Novel Ayat Ayat Cinta (sebuah pelajaran yang bagus)

Pada tahun 2005 seorang teman memberikan saya buku judulnya Ayat ayat cinta, pertama kali saya lihat judulnyalangsung dugaan saya :ini pasti buku jawaban atas bukunya Salman Rusdi yang heboh itu yang berjudul Ayat ayat Setan (satanic verses). Sambil iseng saya baca novel itu ternyata beda dan bukan merupakan “jawaban” atas novelnya Salam Rusdi. Buku (novel) ayat ayat Cinta karangan habiburahman El Shirazy yang kemudian difilmkan oleh sutradara Hanung Bramantyo dengan jduul yang sama itu menyedot animo sangat besar dari masyarakat. Buku yang sejak diterbitkan pertama kali pada akhir tahun 2004 itu menjadi best seller sampai detik ini. Sementara filmnya sampai bulan Juli minggu ke-3 sudah ditonton 3,5 juta orang yang merupakan rekor untuk ukuran film nasional. Saya tidak bermaksud meresensi buku maupun film itu, apalagi mempromosikannya. Saya hanya mengajak untuk mengambil pesan yang disampaikan didalamnya.

Salah satu kekuatan Ayat Ayat Cinta adalah tentang indahnya toleransiyang diperlihatkan para tokohnya, meskipun berbeda agama dan bangsa. Ketaatan menjalankan agama masing – masing justru menjadi perekat berinteraksi, saling toleran dan menghormati antar sesama. Itulah pesan yang terkandung dalam Ayat Ayat Cinta untuk kita teladani danterapkan dalam kehidupan yang sesungguhnya.

Dikisahkan, Fahri adalah seorang pemuda Jawa yang saleh dan taat menjalankan agama ( Islam) yang sedang menimba ilmu di Univesitas Al Azhar mesir. Tinggal bersama beberapa temannya yang juga dari Indonesia disebuah Flat (semacam rumah susun) di kota Cairo. Di flat itu mereka bertetangga dengan keluarga Maria yang asli Mesir dan menganut kristen. Didalam Ayat Ayat Cinta, interksi antara Fahri cs dengan keluarga maria yang berbeda bangsa dan agama itu digambarkan dengan sangat memikat.

Seperti pada waktu fahri memebri hadiah untuk keluarga Maria pada hari istimewa mereka, atau ketika fahri dirawat dirumah sakit keluarga Marialah yang banyak mengulurkan bantuan. Juga diceritakan bagaimana sikap fahri ketika mengetahui atap flatnya kebocoran air yang berasal dari kamar mandi keluarga Maria (flat Fahri ada di bawah keluarga keluarga maria yang berarti atap flat Fahri adalah lantai keluarga Maria), fahri lebih memilih diam dan menampung rembesan air itu dengan sebuah ember agar tidak merepotkan dan menyakiti tetangga, demi mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW yang berbunyi ‘siapa yang beriman keapada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya’. Sampai membuat keluarga Maria terharu. Ada juga sebuah momen ketika Fahri dan Maria bahu membahu menyelamatkan seorang gadis Mesir yang hendak dilacurkan ayah pungutnya. Fahri terbebas dari penjara karena difitnah pun berkat andil keluarga Maria.

Dikisahkan juga Fahri sempat menolong wartawati asal Amerika Serikat yang menjadi bulan bulanan orang orang didalam kereta api, semata karena fahri memegang prinsip bahwa ahlu dzimmah (non muslim yang hidup damai di negeri kaum muslim) harus dilindungi sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW yang lainnya, ‘barangsiapa yang menyakiti Dzimmi maka dia menyakiti diriku dan barangsiapa menyakiti diriku berarti dia menyakiti Allah’

Menurut penulis Ayat ayat cinta sendiri (Habiburahman), harmonisasi antar umat beragama yang terjadi di Mesir itu bukan imajinasi belaka, melainkan berdasarkan kenyataan yang benar – benar terjadi. Dan Indonesia pun, sebenarnya sudah cukup berpengalaman dalam hal toleransi antar umat beragama sejak berabad – abad silam sebagaimana digambarkan Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma. Sangat sedikit negara didunia yang dapat bertahan dalam kemajemukan seperti Indonesia. Yugoslavia dan Uni Soviet adalah segelintir contoh negara yang gagal mengemas segala perbedaan dalam tubuhnya sehingga kedua negara itu kini terhapus dari peta dunia.

Namun kita tidak boleh menutup mata bahwa pernah terjadi “gesekan” bernuansa SARA yang cukup meresahkan, seperti di Poso, Sampit ataupunAmbon beberapa tahun yang lalu. Berkat kerja keras semua pihak, daerah – daerah tersebut sekarang sudah berangsur – angsur damai. Tidak ada yang menginginkan hal itu terjadi lagi, kecuali mereka yang tidak waras atau berniat buruk pada kesatuan negeri ini. Ngeri rasanya membayangkan Indonesia bernasib seperti Yugoslavia ataupun uni Soviet.

Demikianlah, ketaatan dan pengetahuan yang paripurna pada ajaran agama sesungguhnya tidak akan membuat orang intoleran dan merasa benar sendiri. Fahri dan Maria telah mencontohkan dalam Ayat – Ayat Cinta. Saya yakin, masih banyak orang – orang seperti (atau yang ingin seperti) Fahri dan Maria di dunia ini. Sangat benar bahwa fanatisme agama yang menjurus pada tindakan destruktif – terlebih teror – bukan berasal dari ajaran agama apapun, minimal merupakan interpretasi yang keliru dan tak lebih dari memperjuangkan kepentingan pribadi atau kelompok yang mencatut nama agama. Agama yang disampaikan dengan kekerasan tidak akan mendapatkan simpati, justru akan membuat orang lari dari agama. Dengan mendalami agama masing – masing dan menjalankan sesuai syariatnya justru membuat kita lebih bijak dalam mengarungi hidup yang penuh perbedaan ini. Dan membina kehidupan yang sebaik – baiknya kepada semua manusia – sekali lagi meskipun berbeda – beda agama, keyakinan, ras, suku, bangsa, (ataupun partai politik) adalah kebaikan yang terbaik dalam hidup.





REFERENSI

Ahmad Fawaid Sjadzili, 2006, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU)

Russell T. Williams, 2006, Passkeys – Jefferson Center for Character Education – USA

El Shirazy, Habiburrahman, 2004, Ayat Ayat Cinta

PENDIDIKAN PUBLIK

JANGAN PILIH POLITIKUS BUSUK (POLBUS)

PEMILU LEGISLATIF (DPR) DAN EKSEKUTIF (PRESIDEN) 2009 SEMAKIN DEKAT, SAATNYA MASYARAKAT PEMILIH UNTUK LEBIH SELEKTIF DALAM MENENTUKAN PEMIMPIN. PEMILU YANG SUDAH DILAKUKAN BERULANG – ULANG BELUM MENUJUKKAN TANDA – TANDA AKAN MEMBERI KEHIDUPAN YANG LAYAK KEPADA MASYARAKAT PEMILIH. KENAIKAN HARGA BBM, MENINGKATNYA ANGKA KEMISKINAN, BURUKNYA KUALITAS PENDIDIKAN, TINDAKAN ASUSILA SERTA KORUPSI YANG MERAJALELA, CERMINAN PEMIMPIN YANG TELAH DIPILIH OLEH MASYARAKAT. PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU DENGAN HARAPAN MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK HARUS KANDAS DENGAN ULAH PARA POLITISI BUSUK YANG TIDAK MEMENTINGKAN HAK RAKYAT.
SAATNYA MASYARAKAT PEMILIH UNTUK MENENTUKAN PILIHAN KEPADA POLITISI YANG BERKREDIBILITAS, DAN BERINTEGRITAS SERTA MEMILIKI KOMITMEN KUAT TERHADAP HAK – HAK MASYARAKAT PEMILIH. JANGAN TERMAKAN OLEH JANJI PALSU POLITISI BUSUK YANG MENGUMBAR JANJI PALSU UNTUK MEMBERIKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.
GUNAKAN HAK PILIH ANDA DENGAN TEPAT DAN TIDAK MEMILIH POLITISI BUSUK YANG PERNAH MENGHIANATI AMANAT RAKYAT.

KRITERIA POLITIKUS BUSUK :

1. POLITIKUS YANG KORUP, BOROS DAN SERAKAH
2. POLITIKUS YANG MELAKUKAN DAN MELINDUNGI PERUSAKAN ALAM/LINGKUNGAN
3. POLITIKUS YANG MELANGGAR DAN MELINDUNGI PELANGGARAN HAM (HAK ASASI MANUSIA)
4. POLITIKUS YANG MELAKUKAN JUAL BELI HUKUM
5. POLITIKUS PENIKMAT/PEBISNIS SERTA YANG MELINDUNGI PELAKU NARKOBA
6. POLITIKUS YANG BERBUAT ASUSILA DAN CABUL
7. POLITIKUS YANG MENGGUSUR/TINDAKAN TIDAK MELINDUNGI HAK EKONOMI, SOSIAL KAUM PETANI, BURUH DAN RAKYAT MISKIN KOTA
8. POLITIKUS PELAKU KEKERASAN RUMAH TANGGA DAN DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN
9. POLITIKUS PENIKMAT UANG NEGARA
10. POLITIKUS YANG MEMPERKAYA DIRI SENDIRI
11. POLITIKUS YANG PEMBOHONG SERTA BERJANJI PALSU

TUNTUTAN KEPADA POLITIKUS :

1. ELIT POLITIK DAN PARTAI POLITIK SEGERA MEMBENAHI MEKANISME REKRUTMEN INTERNAL
2. MENGHILANGKAN PRAKTEK “DAGANG SAPI” DAN MENCALONKAN KADER – KADER YANG BERINTEGRITAS
3. ELIT POLITIK DAN PARTAI POLITIK SEGERA MEMPROSES DENGAN TEGAS KADER – KADERNYA YANG DIDUGA BERMASALAH DAN BUSUK.
4. SERTA MENJALANKAN MEKANISME INTERNAL PARPOL DAN MENDUKUNG PROSES HUKUM PADA KADER YANG BERMASALAH

HIMBAUAN KEPADA MASYARAKAT PEMILIH :

1. MEMBERI SANKSI DENGAN TIDAK MEMILIH, MENDUKUNG, MENDANAI DAN MEMILIHNYA DALAM PEMILU 2009
2. SEBELUM MEMILIH TELITI DENGAN SEKSAMA SELUK BELUK DAN SEPAK TERJANG SEMUA POLITIKUS YANG BERTARUNG DALAM PEMILU

KISAH

MENGENANG KEMBALI KISAH SMA – KU

5 TAHUN KELULUSAN DARI SEKOLAH KAMI DI BALIKPAPAN, NAMUN TEMAN – TEMAN DAN KISAH BERSAMA SEBAGIAN MASIH TEREKAM DIBENAKKU. DI 5 TAHUN SEJAK KELULUSAN KAMI, SAYA INGIN MENYAPA TEMAN – TEMAN SAYA DI BALIKPAPAN WALAUPUN SEBAGIAN DARI MEREKA SEKARANG ADA YANG TIDAK MENETAP DI BALIKPAPAN LAGI. SEMOGA DIANTARA KALIAN ADA YANG MEMBUKA BLOG SAYA INI :

SAYA SAMPAIKAN SALAM UNTUK SAHABAT SAYA YANG TELAH MEMPERTAHANKAN PERSAHABATAN HINGGA 8 TAHUN LEBIH DAN SEMOGA TAK PERNAH BERUBAH SAMPAI KAPAN PUN. KEPADA : ANTO, PARMAN, RAHMAT DAN YONGKI. SEJAK SEKELAS SAMPAI LULUS MESKI HARUS PISAH KELAS KALIAN TETAP TEMAN YANG SALING MEMBANTU MUNGKIN SEMASA KITA SEKOLAH TAK AKAN PERNAH TERULANG KEMBALI, NAMUN KALIAN TELAH MENJADI SAHABAT YANG TAK TERLUPAKAN SAMPAI SEKARANG. SUDAH LAMA KITA TIDAK BERKUMPUL SECARA UTUH 5 SEKAWAN. ENTAH KAPAN KITA BISA MAKAN BAKSO DAN MINUM ES CAMPUR DI BLAURAN (WARUNG TEPI PANTAI PASAR KLANDASAN), ATAU NGELUYUR DAN SHOPPING DI KLANDASAN DAN SHOPING CENTRE BALIKPAPAN, ATAU BARENGAN KE PARTY TEMAN – TEMAN YANG LAGI ULTAH DAN BELI KADO BARENG. SUDAH LAMA NIH AKU GAK MAKAN MASAKAN MADURA DI RUMAH PARMAN ATAU MINUM TEH HANGAT BUATAN IBUNYA. KAPAN LAGI AKU MINUM KOPI TUBRUK BUATAN ANTO AND MAKAN BUAH – BUAHAN YANG BANYAK, KAPAN JUGA AKU MAKAN – MAKAN DIRUMAH RAHMAT ATAU MENIKMATI KUACI DAN MINTA ANGPAO DARI YONGKI SAAT IMLEK TIBA. ATAU NGERJAKAN PR BARENG DIRUMAHKU.

APA KABAR LINA, LINDA, EMI, FATMA, AMAN, MELI, VINA, HELDA, MALIK, EKA DIAH, EKA SASMITA, ATUL (HENI), IMAH, NURI MARDIANA (FANG – FANG), NUNUK, ASTI, HILDA, DAN LAIN – LAIN. SEMOGA KALIAN TELAH MENJADI ORANG – ORANG SUKSES.

APA KABAR JUGA UNTUK TEMANKU YANG USIL, CENTIL, BAWEL, GOKIL DAN SUPER LUCU. ALI IMRON YANG SUPER BERSIH, MARYATI YANG CEREWET AND RIBUT TAPI NGANGENI, YAHNI YANG BANDEL TAPI AKU SENANG IKUTAN BANDEL (MAIN VOLI RAME – RAME SAAT GURU GAK ADA DI KLEAS, AND KABUR SAAT GURU). MARYATI AND YUNI YANG BAWEL, GANK, ANAK BAND TAPI TEMAN OK BANGET GAK BIKIN STRESS. FENTI ………., BUAT ENDANG (KOLEKTOR KASET AA’ GYM, KAPAN AKU DIPINJAMI LAGI KASETNYA ?) SALAM BUAT DEDI, HENDI, MALIK, UMAR, ARIS ,UYE, JAMAL, FIRMAN, ADI, DLL.

SALAM BUAT TEMAN – TEMAN KU TEAM CAMPING PERPISAHAN DI KM 10. APA KABAR SEMUA, KALIAN TEMAN – TEMAN PEMBERANI DAN PETUALANG. NURUL YANG TOMBOI KATANYA SEKARANG SANGAT MUSLIMAH (SALUT U KAMU), ONENG YANG LUCU, MIRWANA, HASNI, MARYATI, YUNI, MARYATI, KRIS, UYE, UMAR, DLL.

GADIS – GADIS YANG PERNAH MENCINTAIKU, UNTUK A…… MAAF AKU BUKAN TIDAK SUKA DAN INGIN MENYAKITI HATIMU, TAPI AKU TIDAK BISA BERSAMAMU. UNTUK T………. TERIMA KASIH SUDAH MAU JUJUR PADAKU TENTANG PERASAANMU, SUDAH MEMPERHATIKAN AKU. SPECIAL UNTUK GADIS CANTIK YANG AKU CINTAI F…A…… SAMPAI SAAT INI KAMU MASIH ADA DIHATIKU.

AKU MENGINGAT KALIAN KEMBALI SAAT MENGENANG 5 TAHUN KELULUSAN KITA, MAAF KALAU ADA YANG TERLUPA. KALIAN SEMUA TEMAN YANG BAIK. REUNIAN KAPAN YA ?

OPINI 1

“BUAH PEDAS” PENOPANG HIDUP YANG SEMAKIN “PEDAS”

KEKAYAAN INDONESIA DENGAN REMPAH – REMPAH MEMANG MENJADIKAN NEGERI INI TERJAJAH SELAMA RATUSAN TAHUN SILAM OLEH BERBAGAI NEGARA DARI BELAHAN DUNIA EROPA. HAL INI DIKARENAKAN BEGITU PENTINGNYA REMPAH – REMPAH BAGI KEBUTUHAN HIDUP SEHARI – HARI. REMPAH – REMPAH SELALU MENJADI PELENGKAP YANG MAMPU MEMBUAT HIDANGAN MENJADI BERCITA RASA TINGGI DAN MEMBUAT SELERA MAKAN BERTAMBAH. SELAIN ITU PULA, HARGA KOMIDITAS INI JUGA RELATIF MAHAL DIPASAR INTERNASIONAL. SEHINGGA BANYAK DICARI OLEH PENDUDUK DIBERBAGAI BELAHAN DUNIA.

SALAH SATU DARI REMPAH – REMPAH TERSEBUT ADALAH LADA ATAU DENGAN NAMA LOKAL DIBERBAGAI DAERAH DENGAN SEBUTAN MARICA, SAHANG DAN LAIN – LAIN. BUAH PEDAS INI MENJADI SEBUAH TANAMAN PERKEBUNAN YANG BANYAK DITANAM DI DI KALIMANTAN TIMUR, SEPANJANG JALAN NEGARA SUKARNO HATA ANTARA KOTA MADYA BALIKPAPAN DAN KOTA MADYA SAMARINDA. BANYAK MASYARAKAT MENGGANTUNGKAN HIDUP DENGAN BERCOCOK TANAM BUAH YANG MEMBERI RASA PEDAS PADA MAKANAN INI. WILAYAH YANG BANYAK DITANAM DISEKITAR KECAMATAN SAMBOJA DAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, YANG TERLETAK PERSIS DI JALAN ANTARA BALIKPAPAN – SAMARINDA. WILAYAH INI MERUPAKAN MASYARAKAT PENGHASIL LADA YANG TELAH MENGGANTUNGKAN HIDUP DARI HASIL PERKEBUNAN LADA, DAN INI TELAH TERJADI SEKITAR BERPULUH BAHKAN HINGGA RATUSAN TAHUN SILAM.

TANAMAN MERAMBAT INI TELAH DIGELUTI SECARA TURUN TEMURUN OLEH MASYARAKAT DIKAWASAN INI (SAMBOJA - LOA JANAN), MEREKA SEBAGIAN BESAR TERDIRI DARI MASYARAKAT PENDATANG YANG DIDOMINASI OLEH ORANG – ORANG BUGIS YANG MERANTAU ADA YANG SUDAH BERMUKIM SEJAK RATUSAN TAHUN SILAM ATAUPUN MEREKA YANG BERMUKIM BEBERAPA PULUH TAHUN SILAM. BERCOCOK TANAM LADA TIDAK PERLU KETERAMPILAN KHUSUS DENGAN MELIBATKAN PELATIHAN DARI PEMERINTAH, HAL INI MEREKA LAKUKAN DENGAN MODAL PENGALAMAN DARI KELUARGA/ORANG TUA SERTA PENGALAMAN YANG DIDAPAT DARI MELIHAT MASYARAKAT DISEKITARNYA. DAN MODAL PUN SEADANYA TANPA MEMINTA BANTUAN PEMERINTAH DALAM HAL PENDANAAN DALAM MEMBUKA PERKEBUNAN INI.

PENDUDUK RATA – RATA MEMILIKI 500 – 5000 POHON LADA YANG DIRAMBATKAN PADA SEBATANG TONGGAK YANG TERBUAT DARI KAYU ULIN (TURUS). POHON LADA MULAI BERBUAH SEJAK BERUMUR KIRA KIRA 2 TAHUN, DAN DAPAT BERTAHAN HIDUP HINGGA KIRA – KIRA 20 TAHUN. SELAIN ITU PERAWATANNYA PUN SANGAT MUDAH, HANYA PERLU PERAWATAN SAAT BERUMUR MUDA, YAITU MEMBANTU PENENMPELAN POHON PADA TURUS DENGAN MENGIKATNYA DENGAN TALI. HAL INI UNTUK MENUNTUN PERTUMBUHAN POHON PADA TURUS UNTUK MENJALAR. SELAIN ITU PEMBERSIHAN LAHAN DAN PEMUPUKAN YANG RUTIN. BIBIT TANAMAN DIAMBIL DARI POTONGAN POHON LADA YANG BELUM BERBUAH DENGAN MELIHAT KUALITAS AKAR YANG BAGUS. BIASANYA AKAR YANG MENEMPEL PADA TURUS. PEMOTONGAN DILAKUKAN DUA KALI SEBELUM BERBUAH DENGAN JARAK WAKTU YANG DISESUAIKAN DENGAN KESUBURAN POHON. DAN SEBAIKNYA PEMOTNGAN BIBIT DILAKUKAN PADA MUSIM HUJAN, AGAR PERTUMBUHAN BIBIT LEBIH BAIK. BIBIT INI KEMUDIAN DITANAM, BISA MELALUI PENYEMAIAN TERLEBIH DAHULU HINGGA TUMBUH AKAR MAUPUN LANGSUNG DITANAM PADA TURUS YANG TELAH DISIAPKAN.

HASIL PANEN LADA PERTAHUN SETIAP KELUARGA DI KELURAHAN SAMBOJA DAN LOA JANAN SETIAP 1000 POHON MENGHASILKAN SEKITAR 1000 KG/TAHUN, DENGAN FREKUENSI PANEN 2 KALI SEBULAN. PROSES PEMETIKAN LADA HINGGA MENJADI LADA SIAP JUAL SEKITAR 10 HARI, YAITU PERENDAMAN SELAMA 7-10 HARI PERENDAMAN KEMUDIAN DICUCI UNTUK MENGHILANGKAN KULIT YANG TELAH TERKELUPAS KEMUDIAN TAHAP PENJEMURAN SELAMA 1-2 HARI TERGANTUNG CUACA. BILA LADA TIDAK MENEMPEL KETIKA DIGENGGAM, BERARTI LADA TERSEBUT SUDAH CUKUP KERING. MUSIM PANEN LADA DALAM SETAHUN BIASANYA BERKISAR ANTARA AGUSTUS – DESEMBER KEMUDIAN BULAN JANUARI – JULI MERUPAKAN MUSIM TUMBUHNYA BUNGA HINGGA PERKEMBANGAN BUAH HINGGA SIAP PANEN.

HARGA LADA DIPASARAN LOKAL SAAT INI MASIH DITENTUKAN OLEH TENGKULAK/PENGUMPUL YANG BERASAL DARI PENDUDUK SETEMPAT KEMUDIAN DIJUAL KEPADA AGEN. SEHINGGA HARGA PUN TERKESAN MASIH DIPERMAINKAN OLEH MEREKA. KETIKA MENJELANG LEBARAN ATAU SAAT PANEN SEBANYAK HARGA LADA SERING KALI TURUN. KETIKA MUSIM KEMARAU BERKEPANJANGAN DAN KRISIS MONETER PADA TAHUN 1997 HARGA LADA PERNAH MENYENTUH HARGA Rp. 100.000,-/KG. NAMUN PRODUKSI PETANI SAAT ITU SANAGAT MINIM, KARENA FAKTOR MUSIM KEMARAU.

NAMUN LADA YANG PEDAS MERUPAKAN SUMBER PENGHASILAN YANG MAMPU MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP MASYARAKAT. SEMAKIN MAHALNYA HARGA KEBUTUHAN POKOK, PESTISIDA, HERBISIDA, PUPUK TETAP MEMBERIKAN SEBUAH HARAPAN UNTUK MENGHADAPI HIDUP YANG “PEDAS”. MESKIPUN DEMIKIAN BEBAN HIDUP TERKADANG SULIT DIHADAPI KETIKA SEDANG MUSIM TIDAK PANEN LADA. NAMUN KEMANDIRIAN MEREKA DAN KEULETAN PETANI LADA DIWILAYAH INI, PATUT MENJADI SEBUAH CONTOH MASYARAKAT MANDIRI MESKIPUN HANYA DAPAT DIKETAHUI SEBAGIAN ORANG.

MUNGKIN YANG MEREKA BUTUHKAN BUKAN BANTUAN LANGSUNG, TETAPI YANG PERLU MENJADI PERHATIAN PEMERINTAH DAN ORANG YANG BERSIMPATI. AGAR HARGA KEBUTUHAN PERTANIAN DAPAT LEBIH TERJANGKAU DAN KEBIJAKAN MENGENAI HARGA PASARAN LADA YANG SESUAI DENGAN HARGA PASAR YANG SEMESTINYA. SERTA KEMAUAN DARI BERBAGAI PIHAK UNTUK MENUMBUHKAN PERTANIAN BERBASIS INDUSTRI KECIL BUAH LADA AGAR TUMBUH PRODUK BARU YANG DAPAT DIPASARKAN DARI BIJI LADA DIKAWASAN INI. SELAIN ITU MENDAYA GUNAKAN PEMUDA/I SETEMPAT UNTUK TETAP IKUT SERTA DALAM INDUSTRI KECIL.

PUISI 8

Korupsiphoria

Pejabat sedang gandrung
Gandrung dengan mode yang sedang ngetrend
mode korupsi yang menjadi buah bibir
dari pejabat tinggi hingga terbawah

korupsiphoria melanda negeri ini
mengangkat popularitas pejabat
untuk tampil sebagai sosok idola
idola dimata hukum

korupsiphoria kini naik daun
meski warisan sejak ratusan tahun silam
namun popularitasnya merangkak saat ini
dengan performance yang fenomenal

korupsiphoria mengorbitkan
aktor/aktris penjahat uang negara
menjadi bintang yang siap beraksi
dengan skenario pembelaan

PUISI 7

Wajah – wajah Pemimpin

Kau tampak dekil dan kotor
Dibalik jas safari yang rapi
Karena kebijakan kotor
Yang menindas rakyat

Kau bak derakula penghisap darah
Yang duduk manis dikursi kekuasaanmu
yang menghisap hak orang kecil
Dengan kekuasaan di tanganmu

Kau bak kolonial
Menjajah kebebasan dan kesempatan
Anak – anak bangsa
Untuk mengenyam pendidikan murah dan layak

Kau orang sinting
Yang senang dengan kekayaan
Namun juga senang melihat orang kecil semakin miskin
Sebab kau tak berpihak kepada kaum miskin

PUISI 6

Figura Bangsaku

Figura indah melekat kokoh
figura yang merangkai keindahan
agama, suku, budaya yang beraneka ragam
dalam satu figura negara yang manis

Figura yang bergambar unik
yang merangkai ribuan pulau
melukiskan ribuan mil lautan membentang
dari sabang hingga merauke

Figura yang mahal
yang memendam mineral dan gas
figura yang berhiaskan kekayaan alam
bertuliskan “INDONESIA” dengan tinta emas perjuangan

PUISI 5

DERA MENDERU

Langkah kaki yang goyah
Menopang tubuh di tepi jurang kehancuran
Menahan gejolak birahi
Yang semakin ganas menggerogoti

Tak tertahankan beban ini
Meski harus tertatih menatap langkah
Harus mencoba untuk bertahan
Berdiri tegak di jurang yang labil

Sampai kapan aku kuat menahan
Semakin kuat pula beban menghimpit
Tubuh dan iman yang semakin ringkih
Menopang godaan semakin mendera

PUISI 4

Senandung Awal Hari

Pagi menyapa dunia
Mengalun mesra kicauan burung
Embun menyelimuti dunia dengan selimut putih
Fajar tersipu di ujung timur

Sinar hangat menyeruak
Suka cita dunia bergejolak
Daun daun mulai terbangun dari lelapnya
Rona bunga memancarkan romansa

Kegelapan pergi perlahan
Memberi ruang sang mentari
Membangkitkan gairah pada dunia
Bernafas dan berbuat

PUISI 3

Cinta & Waktu

Meski jauh dari pandanganku
Kau begitu dekat dihatiku
Tak tampak dari tatapanku
Tapi kau hadir di relung hatiku

Tak terbatas oleh waktu
Semakin jauh kau tetap bersamaku
Meski rasa ini saja
Namun hadirmu selalu setia disini

Kekuatan cinta
Tak perlu kau ucap
Kurasakan kekuatan itu disanubariku
Meski segalanya harus terpisah

SPECIAL MOMENT

NEXT SPECIAL MOMENT

jika tidak ada aral melintang PMII METRO Tenggarong dan PMII Samarinda akan mengadakan agenda Temu kader PMII KALTIM. Acara yang akan diadakan pada 30 oktober – 2 November 2008 dengan melibatkan seluruh kader PMII se- KLATIM. Dengan persyaratan telah mengikuti jenjang kaderisasi minimal MAPBA (masa penerimaan anggota baru) serta menyertakan surat mandat dari Pengurus cabang asalnya.

Peserta yang berasal dari Pengurus Cabang metro kukar, balikpapan, samarinda, kutai kartanegara, paser dan sengata akan dipertemukan dalam forum yang melibatkan seluruh kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kaltim. Bagi kader PMII yang ingin mendaftar dan perlu informasi lengkap silahkan kirim ke E-mail: pmii_metro@gmail.com atau login di www.pmiimetro.blogspot.com.

Pmii poros kaltim juga sudah punya blogspot sendiri, silahkan di akses di : www.pmiiporoskaltim.blogspot.com atau kirim pertanyaan dan sebagainya di e-mail : pmiiporoskaltim@yahoo.co.id, jangan lupa untuk terus mengakses blog ini untuk mengetahui info pmii di seluruh kaltim.

Flash Back Moment

FLASH BACK MOMENT

Deklarasi Gerakan Nasional Tolak Politisi Busuk digelar oleh PMII METRO Tenggarong, Forum Pelangi Kaltim, POKJA 30, JATAM (jaringan advokasi tambang), Naladwipa, PC PMII Samarinda, Slankers Kota Raja dll. Deklarasi Gerakan Nasional Anti Politisi Busuk ini digelar pada tanggal 30 Agustus 2008 di Taman Bawah Jembatan Kutai Kartanegara di Tenggarong. Tujuannya untuk mensosialisasikan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tidak memilih politisi yang termasuk dalam kriteria politisi yang busuk pada Pemilu 2009. Dengan mengetahui kriteria politisi yang busuk, maka masyarakat pemilih mampu memilah dan memilih dengan tepat politisi yang diinginkan. Adapun kriteria politisi busuk diantarnya adalah politisi yang korup, perusak lingkungan, pelaku pelanggaran HAM, pengguna dan pebisnis Narkoba, pelaku diskriminasi terhadap perempuan.

Kematian pembela Hak Asasi Manusia ( HAM ) diperingati oleh Forum Pelangi di gedung Bina Insan Samarinda. Kematian Munir empat tahun lalu semakin menarik oleh para peserta yang terdiri dari PMII Samarinda, PMII Metro Kutai Kartanegara, POKJA 30, Ahmadiyah, Jatam, dll yang merupakan bagian dari Forum Pelangi. Acara yang diisi dengan pemutaran film kematian Munir dan perjuangan Suciwati dimulai pukul 21.00 wita pada tanggal 15 september 2008 lalu. Froum diskusi tidak hanya membahas seputar kematian Munir namun tidak luput dari topik kasus pelanggaran HAM, seperti yang terjadi di kota bangun pada beberapa waktu yang lalu.


Buka puasa bersama menjadi momen diskusi bagi Forum Pelangi Kaltim yang digelar di Gedung Bina Insan Samarinda. Pada tanggal 21 september 2008 menjadi sangat istimewa bagi aktivis Forum Pelangi, karena mmomentum ramadhan diisi dengan buka puasa bersama. Selain berbuka puasa bersama, diskusi juga menjadi acara spesial pada hari itu.

Puisi 2

Cerita Malam

Hening menggauli malam
Dalam dekapan rembulan temaram
Berbisik mesra nyanyian jangkrik
Membuai Kesyahduan malam

Langit gelap membelai bintang – bintang
Awan putih bergelayut mesra
Kerlip bintang merona pasi
Menatap hamparan bumi

Dedaunan terhenyak
Desahan angin malam mereda
membisikkan ikrar alam
merengkuh asa kedamaian

puisi 1

Frustasi

Bayang- bayang berkelebat
Lenyap ditelan masa
Menjauh tak berbekas
Bersih tersapu oleh amarah

Tak kan kembali
Layak bulan pergi disiang hari
Kan datang ketika kelam
Tapi kau Pergi bak air menuju laut

Jangan kembali
Sebab pungguk rindukan bulan
Aku perih menanggung cinta
Kamu bukan pencinta hakiki

Meski kau pinta
Layar hati mustahil mengembang
Sebab perahu hati telah menepi
Dipelabuhan tambatan hati

Layar hati telah mengembang
Dipelabuhan dambaan lain
Kehakikian cinta kurengkuh
Merapat didermaga hati